Thursday, November 29, 2012

Menjadi Muslimah Penuh Pesona


Untukmu wahai muslimah yang ingin menjadi seorang muslimah yang baik, yang shalihah yang akan menjadi sebab kebaikan untuk dirimu didunia dan diakhirat. Wanita shalihah bukan wanita yang sibuk dengan dunia  dan melupakan agamanya, bukan juga wanita yang hanya memperhatikan pelampilan lahiriah tanpa perduli dengan keadaan bathiniahnya, bukan juga wanita yang tidak memenuhi kewajibannya walaupun mungkin secara fisik mereka mempesona tetapi pada hakekatnya mereka wanita yang buruk. Tetapi wanita-wanita yang shalihah yang pesonanya ada pada ketaatan mereka kepada Allah dan penunaian mereka terhadap kewajiban mereka, dan diantaranya lagi sebagaimana yang disebutkan dibawah ini :

1. Muslimah yang mentaati Allah dan Rasul-Nya.

Wanita shalihah adalah seorang wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seorang wanita yang jika Allah telah menetapkan sesuatu ia tidak akan mencari pilihan lain selain berkata, “Saya mendengar dan taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.” Karena ia tahu tidak ada kebahagiaan di dunia dan di akhirat kecuali dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan ini bukti kejujuran cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mencintaimu dan mengampunkan dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’.” (Qs. Ali Imran [4] : 31)

Allah Ta’aalaa berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. al-Ahdzab [33] : 36)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah memberikan pengertian orang shalih adalah : “Seseorang yang menunaikan hak Allah dan hak hamba Allah.“ (Syarhu Kasyfisy Syubhaat : 25)
Maka seorang wanita shalihah adalah seorang muslimah yang menunaikan hak Allah dengan beribadah hanya kepada-Nya,  menjalankan shalatlimawaktu, melaksanakan puasa pada bulan ramadhan, memakai hijab syar’i dan kewajiban yang lainnya. Mereka juga menunaikan hak hamba-hamba Allah, berakhlaq mulia dan membantu mereka. Inilah pesona mereka bukan seperti wanita yang jauh dari agama, yang tak kenal Allah, tak kenal shalat, durhaka pada orang tuanya, tidak mau memakai hijab dan penyelisihan syar’i lainnya.

2. Muslimah yang memakai hijab syar’i.

Agama Islam adalah agama yang tegak untuk kemaslahatan (kebaikan) manusia, setiap perkara yang disyari’atkan di dalam agama Islam maka di dalamnya terkandung kebaikan yang banyak di dunia dan di akhirat. Dan ketika agama kita melarang dari sesuatu maka ketahuilah, di dalamnya terdapat bahaya yang membahayakan bagi seseorang yang melakukannya di dunia dan di akhirat. Di antara syari’at kita adalah memerintahkan kepada seorang wanita untuk berhijab dan di dalamnya terkandung manfaat dan kebaikan yang sangat banyak baik di dunia maupun di akhirat. Ini di antara bentuk pesona seorang muslimah, mereka menutup auratnya sehingga tidak menjadi fitnah bagi dirinya dan yang lain.
Alllah Subhaanahu wa ta’aalaa berfirman :
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”(Qs. al-A’raaf  [7] : 26)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ المُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. al-Ahzab : 59)
Di bawah ini syarat Jilbab (hijab) yang dikenakan bagi seorang wanita :
  1. Menutupi seluruh tubuh.
  2. Tidak berfungsi sebagai perhiasan.
  3. Kainnya yang tebal, tidak yang tipis.
  4. Hendaknya yang longgar, tidak sempit (ketat).
  5. Tidak memakai wewangian yang yang tercium baunya.
  6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
  7. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
  8. Bukan pakaian mencari syuhrah (ketenaran).
 3. Muslimah yang rajin menuntut ilmu dan berdakwah di jalan Allah.

Di antara pesona  wanita shalihah, mereka semangat mencari ilmu agama. Ilmu yang dapat menguatkan aqidah dan keimanan mereka. Sehingga menambah ketakwaan, kekhusyuan,  dan keshalihan mereka. Ilmu yang dimaksud di sini adalah mengenal Allah, agamanya, dan nabinya. Karena mereka tahu asas perbaikan dirinya, keluarganya dan ummat ini adalah dengan ilmu agama. Dan sebaliknya sebab terbesar kemunduran dirinya, keluarganya dan ummat ini karena jauh dari agamanya.
Lihatlah bagaimana ‘Aisyah istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam semangat dalam menutut ilmu agama sehingga menjadi ulama dan rujukan di kalangan shahabat radhiyallaahu ‘anhum.
Lalu tengoklah sebuah kisah tentang ilmu putrinya Sa’id bin al-Musayyib. Pada suatu pagi yang ia baru menjadi pengantin dengan salah seorang dari muridnya ayahnya ketika suaminya mengambil pakaiannya hendak keluar rumah, lalu istrinya, yang merupakan putri Sa’id bin Musayyib berkata : “Suamiku hendak pergi ke mana?” Suaminya menjawab, “Pergi ke majelis Sa’id bin al-Musayyib, untuk belajar.” Istrinya berkata, “Duduk di sini saja! Aku akan mengajarkan kepadamu seluruh ilmu Sa’id bin Musayyib.” Lihatlah wahai muslimah, karena karunia Allahlah putrinya Sa’id mempunyai ilmu yang sangat luas, kemudian karena semangatnya dalam mencari ilmu agama.
Atau lihatlah semangat dakwah Ummu Sulaim yang meminta mahar dengan keislaman calon suaminya. Ketika Abu Thalhah ingin melamar Ummu Sulaim yang telah ditinggal mati oleh suaminya, Ummu Sulaim berkata, “Wahai Abu Thalhah, lamaran orang sepertimu tidak pantas untuk ditolak. Tapi, engkau seorang kafir sedangkan aku seorang muslimah. Aku tidak boleh menikah denganmu.” Abu Thalhah berkata, “Engkau meminta mahar apa? Emas dan Perak?” Ummu Sulaim berkata, “Aku tidak ingin emas dan perak. Aku hanya ingin mahar berupa keislamanmu.” Abu Thalhah berkata, “Siapa orang yang bisa membantuku dalam hal ini?” Ummu Sulaim berkata, “Rasulullah.” Lalu Abu Thalhah pergi ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang ketika itu sedang duduk-duduk di tengah shahabat beliau. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Abu Thalhah datang kepada kalian dan sinar Islam terlihat di kedua matanya.” Abu Thalhah pun menceritakan perkataan Ummu Sulaim kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas beliau menikahkan Abu Thalhah dengan Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya. Tsabit berkata, “Tidak ada mahar yang lebih mahal dari maharnya Ummu Sulaim. Ia ridha Islam sebagai maharnya.”
Lihatlah pesona wanita shalihah, semangat dalam menuntut ilmu, amal dan dakwah lalu bandingkanlah dengan wanita yang tenggelam pada kemewahan dunia. Orientasinya hanya dunia bahkan sebagian mereka rela menjual diri dan agamanya hanya untuk sedikit dari harta dunia…!!

4. Muslimah yang berakhlak baik.

Di antara bentuk pesona muslimah yang baik adalah ia bertabiat baik, berperangai menarik dan memiliki akhlak yang mulia. Ia senantiasa menjaga adab-adab Islam, mempunyai sifat malu, shabar, dan menahan lidahnya dari perkataan yang sia-sia. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا.
 “Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr)
 

Di antara perangai mereka adalah memiliki rasa malu, dengan rasa malu itulah mereka terdorong untuk meninggalkan keburukan dan tidak menghalangi dari kebaikan. Tidak seperti  wanita yang tak kenal agama yang mempunyai sedikit dari rasa malu sehingga memicu timbulnya berbagai macam keburukan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ
“Rasa malu tidaklah  mendatangkan kecuali kebaikkan.” (HR. Bukhari : 1/46 dari Imran Bin Husain)
Di samping memiliki rasa malu mereka juga berjiwa penyabar. Shabar menghadapi berbagai macam cobaan dan shabar dari perkara yang lainnya. Lihat bagaimana keshabaran pemimpin wanita shalihah Khadijah istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam   ketika mengalami kepedihan, kesusahan dalam membantu dakwah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam   di mana ketika orang-orang Quraisy menghadang dakwahnya, Khadijah adalah orang yang pertama kali menerima dan membantu dakwahnya. Dan  di antara akhlak mereka lagi adalah lembut dalam bertutur kata. Maka dari itu tidak keluar dari lisannya kecuali perkataan yang menyejukan hati. Karena mereka tahu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam   bersabda :
الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
“Perkataan yang baik adalah shadaqah.” (HR. Bukhari : 8/14 dari Abu Hurairah)
Di samping itu mereka selalu berkata jujur kepada suaminya atau kepada orang lain. Karena mereka menyadari perkataan dusta adalah sebuah perbuatan maksiat bahkan tanda kemunafikan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam   bersabda :
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan akhlak-akhlak baik lainnya yang menghiasi mereka. Itulah pesona mereka.

5. Muslimah yang kelak jika menjadi seorang Istri, ia taat kepada suaminya.

Di antara pesona seorang muslimah yang baik adalah ia menjadi istri yang taat kepada suaminya, karena ia tahu kewajiban seorang istri adalah taat kepada suaminya.
Allah Ta’aalaa berfirman :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
“Maka perempuan-perempuan yang shalih, adalah yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri  ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka.” (Qs. an-Nisaa’: 34)
Berkata Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu dan selainnya tentang firman Allah Ta’aalaa“(Perempun-perempuan yang taat : قَانِتَاتٌ ), perempuan-perempuan yang taat kepada suami-suami mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini)
Dia mentaati suaminya dalam rangka mengharap ridha dan pahala Allah, karena ia tahu balasan bagi wanita yang taat kepada suaminya serta ancaman bagi wanita yang tidak taat kepada suaminya.
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا صلت المرأة خمسها، وصامت شهرها، وحصنت فرجها، وأطاعت بعلها، دخلت من أي أبواب الجنة شاءت
“Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.”  (HR. Shahih Ibnu Hibban : 9/471 dari Abu Hurairahradhiyallaahu ‘anhu)
إثان لا تجاوز صلاتهما رءوسهما عبد آبق من مواليه حتى يرجع ومرأة عصت زوجها حتى ترجع
“Ada dua orang yang mana shalat mereka tidak naik melewati kepala mereka; yakni seorang budak yang lari dari majikannya hingga kembali kepadanya, dan seorang istri yang bermaksiat kepada suaminya hingga ia kembali taat.” (HR. ath-Thabarani, al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah dari ‘Abdullah bin Amr al-Ash radhiyallahu ‘anhu)
Seorang istri shalihah selalu berusaha untuk taat kepada suaminya karena ia mengetahui besarnya kedudukan seorang suami. Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda :
لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
“Seandainya aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.“ (HR. at-Tirmidzi 3/465, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Seseorang tidak boleh sujud kepada orang lain, kalau seandainya boleh maka Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam  akan memerintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya, hal ini menunjukkan besarnya kedudukan seorang suami.
Akan tetapi ketaatannya kepada suaminya bukan dalam perkara maksiat.
لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada khaliq (Allah).” (HR. Imam Ahmad, ath-Thabarani, at-Tirmidzi, dan beliau menyatakan hadits ini shahih dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi)
Adakah sesuatu setelah ketaatan seorang istri kepada Allah dan Rasul-Nya yang lebih indah dan mempesona dari ketaatan seorang muslimah kelak kepada suaminya?! Inilah di antara pesona mereka, sungguh bahagia seorang suami yang mempunyai istri shalihah.  Sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أربع من السعادة: المرأة الصالحة، والمسكن الواسع، والجار الصالح، والمركب الهنيء
“Empat hal yang merupakan kebahagian : “Istri shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman…” (HR. Ibnu Hibban dari Sa’ad bin Abi Waqqash secara marfu’. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahiihah : 282)
Itulah diantara pesona mereka yang akan menjadi sebab kebaikkan mereka didunia dan diakhirat, semoga Allah memperbanyak jumlah mereka.
ditulis oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir
http://nikahmudayuk.wordpress.com/2011/12/27/menjadi-muslimah-penuh-pesona/#more-533

Friday, November 16, 2012

Saya Memang Tak Cantik

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

-> Saya tahu saya tidak cantik. Tapi, walaupun saya tidak cantik, saya tetap ada kelebihan.

-> Karena saya tidak cantik, saya tidak jadi mangsa gangguan lelaki-lelaki yang rusak akhlaknya.

-> Karena saya tidak cantik, saya dapat pelihara diri saya daripada pandangan bernafsu lelaki yang tidak menjaga pandangannya.

-> Karena saya tidak cantik, saya selamat daripada menjad
i senjata iblis mencairkan iman lelaki.

-> Karena saya tidak cantik, saya tidak mendapat fitnah dan cemburu daripada wanita-wanita lain.

-> Karena saya tidak cantik, saya tidak mengharapkan pujian daripada mana-mana lelaki dan wanita.

-> Dan karena saya tidak cantik, akhirnya saya menemui insan yang ikhlas mencintai saya seadanya.

Karena saya tahu... Saya tidak cantik pada pandangan manusia... Maka saya akan berusaha agar kelihatan cantik pada ALLAH... Karena bukan kecantikan dunia yang saya kejar... Tapi KECANTIKAN di akhirat kelak... InsyaAllah :)





Syukran Jazilan.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Thursday, November 15, 2012

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Mimin mau share nih! ada undangan dari kerabat Rohis di SMAN 84 Jakarta

Rohis SMAN 84 Jakarta
Mempersembahkan :
KIA (Kajian Islam Aktual)

Hari/Tanggal : Sabtu, 24 November
Pukul            : 7.30 - 12.00
Tempat         : Masjid Ar-Rahman SMAN 84

Judul "Ga Tawuran Ga Wow"
Pembicara : Ust. Marzuki Zulziar S.Si (Ketua Forum Silaturahmi Lembaga Dawah Kampus)

HTM : Rp 3000,00

Konfirmasi kehadiran paling lambat 21 November 2012
Rizky Laday 08989055699
Nur Afni 083879928156
twitter @ROHIS84

Syukron Jazilan.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. :)

Kemenangan dan Kegagalan

Kemenangan hati adalah ketika ia dengan tulus memaafkan meski telah dikecewakan begitu dalam... Meski gula itu manis, tapi ia tak selalu baik untuk tubuh. 

Namun, pahitnya obat mampu menyembuhkan sakitmu... Luka... tetaplah hanya akan menjadi luka bila kau fokuskan hatimu pada rasa sakitnya... 

Jangan pusatkan hatimu pada apa yang membuatmu terluka atau seberapa perih luka itu, tapi berpikirlah bahwa dengannya kau akan melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkan lukamu... 

Sekecil-kecilnya hikmah dari kegagalan adalah keinginan, doa dan usaha kita untuk tak lagi gagal... '

Dalam setiap kegagalan selalu ada hikmah. 

Dari sebuah luka kita belajar ketegaran dan intropeksi diri... Ingat... Kegagalan adalah, sesuatu sukses yang tertunda...

MATAHARI TERBIT DARI BARAT DIBENARKAN ILMUWAN FISIKA DAN MASUK ISLAM

Ilmuwan fisika Ukraina masuk Islam karena membuktikan kebenaran Al-Qur'an bahwa putaran poros Bumi bisa berbalik arah Demitri Bolykov, sorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah fisika. Sungguh suatu yang sangat ilmiah, bagaimanakah fisika bisa mendorang Demitri Bolyakov masuk Islam? Demitri mengatakan bahwa ia tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang fisika. 

Mereka sedang dalam penelitian terhadap sebuah sempel yang diuji di laboratorium untuk mempelajari sebuah teori modern yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Mereka berhasil menetapkan teori tersebut. Akan tetapi Dimetri mengetahui bahwasanya diriwayatkan dalam sebuah hadist dari nabi saw yang diketahui umat Islam, bahkan termasuk inti akidah mereka yang menguatkan keharusan teori tersebut ada, sesuai dengan hasil yang dicapainya. Demitri merasa yakin bahwa pengetahuan seperti ini, yang umurnya lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai sumber satu-satunya yang mungkin hanyalah pencipta alam semesta ini. 

Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menfsirakan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus. Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya. 

Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya insensitas daya matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun. Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat!

Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian. Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Huarirah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya.” (dari kitab Islam wa Qishshah)

Tuesday, November 13, 2012

Islam Menjaga dan Memuliakan Wanita


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 

Di antara stigma negatif yang dialamatkan oleh Barat terhadap ajaran Islam adalah, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan wanita, memasung kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan kaum laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Wanita Islam pun dicitrakan sebagai wanita terbelakang dan tersisihkan dari dinamika kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Oleh karena itu, mereka menganggap, bahwa Islam adalah hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.
Anehnya, sebagian kaum muslimin yang telah kehilangan jati dirinya malah terpengaruh dengan pandangan-pandangan itu. Alih-alih membantah, mereka malah menjadi bagian dari penyebar pemikiran mereka. Dibawah kampanye emansipasi wanita dan kesetaraan gender, mereka ingin agar kaum muslimah melepaskan nilai-nilai harga diri mereka yang selama ini dijaga oleh Islam.
Wanita pra-Islam
Sebelum datang Islam, seluruh umat manusia memandang hina kaum wanita. Jangankan memuliakannya, menganggapnya sebagai manusia saja tidak. Orang-orang Yunani menganggap wanita sebagai sarana kesenangan saja. Orang-orang Romawi memberikan hak atas seorang ayah atau suami menjual anak perempuan atau istrinya. Orang Arab memberikan hak atas seorang anak untuk mewarisi istri ayahnya. Mereka tidak mendapat hak waris dan tidak berhak memiliki harta benda. Hal itu juga terjadi di Persia, Hidia dan negeri-negeri lainnya. (Lihat al Mar`ah, Qabla wa Ba’da al Islâm, Maktabah Syamilah, Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 9-14)
Orang-orang Arab ketika itu pun biasa mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan, hanya karena ia seorang wanita! Allah berfirman tentang mereka,
 وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
 “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl [16]: 58)
Muhammad al Thâhir bin Asyûr mengatakan, “Mereka mengubur anak-anak perempuan mereka, sebagian mereka langsung menguburnya setelah hari kelahirannya, sebagian mereka menguburnya setelah ia mampu berjalan dan berbicara. Yaitu ketika anak-anak perempuan mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan. Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang jahiliyyah. Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan menganggap hal ini sebagai hak seorang ayah, maka seluruh masyarakat tidak ada yang mengingkarinya.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 14/185)
Wanita Pasca Islam
Kemudian cahaya Islam pun terbit menerangi kegelapan itu dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerangi segala bentuk kezaliman dan menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali. Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
 “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:
 اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
 خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11)
Wanita adalah Karunia, Bukan Musibah
Setelah sebelumnya orang-orang jahiliyah memandang wanita sebagai musibah, Islam memandang bahwa wanita adalah karunia Allah. Bersamanya kaum laki-laki akan mendapat ketenangan, lahir maupun batinnya. Darinya akan muncul energi positif yang sangat bermanfaat berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup. Laki-laki dan wanita menjadi satu entitas dalam bingkai rumah tangga. Kedunya saling membantu dalam mewujudkan hidup yang nyaman dan penuh kebahagian, mendidik dan membimbing generasi manusia yang akan datang. Allah berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rûm [30]: 21)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS. An Nahl [16]:72)
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)
Hak dan Kedudukan Wanita
Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin dalam Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi hak wanita. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Diantara contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah: wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan mendapat pahala:
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam bermusyawarah dalam soal penyusuan:
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah [2]: 233)
Wanita berhak mengadukan permasalahannya kepada hakim:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Mujâdilah [58]: 1)
Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan beberapa kasus pengaduan wanita kepadanya.
Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi munkar dan ibadat yang lainnya:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71)
Allah juga berfirman tentang hak wanita:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)
Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa wanita memiliki hak atas laki-laki, sebagaimana laki-laki atas mereka. Maka, hendaknya masing-masing dari keduanya menunaikan hak yang lainnya dengan cara yang makruf.” (Tafsîr al Qur`ân al Adzîm: 1/609)
Muhammad al Thâhir bin ‘Asyûr berkata, “Ayat ini adalah deklarasi dan sanjungan atas hak-hak wanita.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/399)
Mutiara Yang Harus Dijaga
Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang.
Muhammad Thâhir ‘Asyûr rahimahullah berkata, “Agama Islam sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita. Bagaimana tidak, karena wanita adalah setengah dari jenis manusia, pendidik pertama dalam pendidikan jiwa sebelum yang lainnya, pendidikan yang berorientasi pada akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala pengaruh buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh setan…
Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia datang untuk memperbaiki kondisi kaum wanita, mengangkat derajatnya, agar umat Islam (dengan perannya) memiliki kesiapan untuk mencapai kemajuan dan memimpin dunia.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/400-401)
Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Aturan ini berbeda dengan kaum laki-laki. Allah memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak menjadi fitnah bagi mereka.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59)
Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di rumah, menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzâb [33]: 33)

Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka menjaga dan memuliakan kaum wanita, sekaligus menjamin tatanan kehidupan yang baik dan bersih dari prilaku menyimpang yang muncul akibat hancurnya sekat-sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita. Merebaknya perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual adalah diantara fenomena yang diakibatkan karena kaum wanita tidak menjaga aturan Allah diatas dan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan penanggungjawab mereka lalai dalam menerapkan hukum-hukum Allah atas kaum wanita.
Penutup
Akhirnya, dengan keterbatasan ilmu dan kata, penulis merasa bahwa apa yang dipaparkan dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Namun mudah-mudahan paling tidak dapat sedikit menjawab keragu-raguan yang mungkin hinggap pada benak sebagian kaum muslimin tentang pandangan Islam terhadap wanita, disebabkan karena merebaknya opini keliru yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak menginginkan syariat Islam tegak menopang sendi-sendi kehidupan umat manusia
***
Wallâhu a’alam bish-shawâb wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Riyadh, 22 Jumada Tsani 1433 H
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da’i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)
Artikel Muslim.Or.Id