Wednesday, August 29, 2012
(Jatuh) Cinta Pertamaku, pada Enam Huruf Itu
ini kisah tentang cinta pertama
tapi kau salah besar, jika kau kira
ini roman picisan belaka
ya, mungkin sama seperti Galih dan Ratna
pada pendar putih abu-abu
rasa ini bermula
tapi jauh, jauh sekali jika kau sangka
rasa ini sependek nafas itu saja
ini kisah tentang cinta pertama
pada sekumpulan manusia
pada sebentang jalan raya
yang tak hanya bertabur bunga
tapi juga menjanjikan luka
tentang kerut-kerut pada kening
tentang menegang saraf-saraf
tentang adu keras lidah
tentang kesal pada logika atau afeksi
sebelah tongkat kita
tentang pecah belah memerah mata
tentang menyembuh-membuka lagi luka
tapi gurat bahagia itu, ada.
ini kisah tentang cinta pertama
pada nilai-nilai Sang Maha..
ah, pada bagaimana membumikan nilai-nilai langit itu,
tepatnya.
melihatnya lebih humanis, membuatnya lebih dicinta,
oleh segenap manusia.
ini kisah tentang cinta pertama..
kelak, seperti lazimnya cinta
ada masa-masa
ketika ia harus dilalui, dengan segenap kesadaran
dewasa.
tapi seperti lazimnya cinta pertama,
selamanya ia terrekam dalam benak
tak ada yang mampu menandingi
heboh tawa yang mengiringi jatuhnya hijab saat rapat
cengir iseng saat tarik-menarik jilbab
tatap takjub saat daratan Cikoneng terjejak
atau saat atmosfer rindu-ingin-seperti-itu
terpancar ketika Senayan di medio Maret
menjadi metode pembelajaran kita
ini kisah tentang cinta pertama, kita.
seperti cinta pertama Rasulullah pada Khadijah
yang membuat Aisyah cemburu marah
selamanya ia terrekam dalam benak
setua apapun kita, sejauh apapun kita melangkah,
cinta pertama tak pernah hilang.
mungkin, ya. Kadangkala ia membuat ‘Aisyah’ di sekeliling kita
cemburu, marah..
karena, ya, ‘Khadijah’ memang tak pernah tertandingi..
tapi, ya, hidup harus terus dilalui bukan?
jika romantisme itu memang harus menjadi masa lalu pada akhirnya,
maka biarkan mengenangnya menjadi
supplai terkuat untuk terus membabat belukar di depan kita
membiarkan cahaya-Nya menyinari alam semesta.
sebab kita yakin,
cinta pertama kita, pada enam huruf ini--DAKWAH
membawa kita pada imaji mulia
: berkumpul di jannah-Nya..
“bagaimana rasanya ingin menyeru rekan2 yg lain untuk bersama berada dalam barisan ini, bagaimana rasanya mencoba menyentuh hati2 mrk dgn sentuhan hati ini, yg sempurna pun tidak!
…bagaimana begitu sulitnya kami menjadi alumni yg baik, hingga terus terpecah konsentrasi kami pada saat yg bersamaan, kampus dan sekolah..”
( )
“dan ketika kau memutuskan
untuk memeluk Tuhan
di sepanjang jalan berliku
kurasa itu paling cinta”
(Abdurrahman Faiz)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment