Sunday, December 02, 2012

Surat Untuk Ananda


dakwatuna.com - Kepada ananda yang ummi cintai,
Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Ummi tulis surat ini dalam suasana hening di tengah malam, ketika semua yang ada di rumah sudah terlelap tidur. Ummi teringat, beberapa hari lagi umurmu genap 15 tahun, dan ummi ingin sekali mengucapkan selamat dan memberi tausiah untukmu anakku. Semua ini ummi lakukan karena cinta ummi untukmu. Masih terbayang di dalam benak ini ketika kamu sempat beberapa hari terbaring di Rumah sakit karena sakit yang mendera. Berlinang air mata melihatmu yang terkulai lemas di atas tempat tidur Rumah sakit, sambil terus melantunkan doa “syafakallah anakku”. Masih terbayang dalam benak ini, saat engkau juga terjatuh dari sepeda motor di depan rumah menjelang ifthar jama’i , wajahmu penuh darah dan lebam, dan langsung dilarikan ke Rumah sakit, sesaat itu barulah engkau tertidur pulas. Dan besoknya engkau sudah kembali bermain seperti biasa. Masih juga segar dalam benak ini, saat engkau berbulan-bulan tidak mau kembali ke sekolah TK mu, sampai akhirnya bosan tanpa teman dan meminta kembali untuk sekolah. . Rasanya baru kemarin. Padahal waktu itu umurmu baru 4 tahun, kini umurmu hampir 15 tahun, berarti 11 tahun telah berlalu. Tidak terasa, cepat sekali waktu ini berputar. Kini engkau telah berseragam abu-abu putih, seragam ini nyaris tidak pernah ummi lihat menempel di badanmu, karena engkau belajar jauh di luar kota. Yaa… realitasnya memang demikian, Ummi belum pernah melihat engkau mengenakan seragam itu, karena kalaupun ummi datang ke asramamu, biasanya sampai di sana sudah sore atau malam, yang berarti seragam itu telah berganti dengan baju lain.
Dengan pakaian bebasmu, yang ummi lihat adalah sikapmu yang makin dewasa, makin bijak, dan makin berwibawa. Rasa tanggung jawabmu yang demikian tinggi dalam menunaikan amanah sebagai ketua organisasi di sekolahmu. Engkau yang selalu menaungi adik-adikmu dengan jiwa penuh kasih sayang. Sikapmu yang begitu hormat kepada kakakmu, dan perhatianmu yang tulus kepada ummi dan Abimu. Semua itu membuat ummi bangga, ummi bersyukur, dan sekaligus terharu. Di luar itu semua, ada kebanggaan dan harapan lain yang ummi titipkan padamu anakku, agar engkau sukses menghafal 30 juz Al Qur’an. Terekam kuat dalam hati ini, saat engkau mengirim sms di malam hari, di mana siang harinya engkau menyaksikan haflah dan wisuda Al-Quran kakak kelasmu yang hafidz Qur’an: “ummi, Abi, saksikan, mulai saat ini ananda bertekad untuk bisa menghafalkan 30 juz Al Qur’an. Doakan ananda diberi kekuatan. “Luluh air mata terharu membacanya .Syukur padaMu ya Allah yang telah mengokohkan tekad untuk anakku. Kini perjalananmu masih panjang, baru separuh lebih yang engkau hafalkan, jagalah, dan istiqamahlah untuk menambah hafalanmu.
Dalam setiap untaian doa yang ummi panjatkan untukmu, selalu dan selalu ummi mohonkan kepada Allah, agar engkau menjadi mujahid sejati. Selalu ummi lantunkan doa untukmu, agar engkau melalui hari-harimu untuk menyibukkan diri dengan Al-Quran. Betapa ummi ingin sekali agar engkau menjadi orang yang Hafidz Al-Quran, menjadi keluarga Allah. Selalu ummi lantunkan doa untukmu agar engkau diberi kemudahan dalam memahami seluruh nur ilmu Allah. Selalu ummi lantunkan doa agar engkau diberi kesehatan yang mengantarkanmu untuk berjuang menuntut ilmu secara optimal.
Selalu ummi lantunkan doa, agar engkau bisa melewati masa-masa pencarian jati diri ini dalam bimbingan dan ‘inayah Allah. Engkau mampu memilih jalan sejati, menuju keridhaan Ilahi. Selalu ummi lantunkan doa untukmu agar engkau dibimbing dan di jaga oleh Allah agar tidak melakukan kemaksiatan sekecil apapun, baik pada hatimu, lisan tutur katamu, ataupun sikapmu. Ummi tahu, masa -masa seusiamu adalah masa di mana keinginan dan harapan, idealisme dan cita-cita, gelora cinta dan persahabatan sedang mengalami penumbuhan. Masa muda adalah masa yang juga penuh gejolak, sekaligus masa yang penuh harapan. Isilah masa-masa tersebut dengan prestasi, dengan pengabdian, dengan keuletan, dengan idealisme, dengan perjuangan, dengan Al-Quran sebagai penunjuk. Singkirkan segala macam penghalang yang mungkin akan mengganggu perjalananmu menuju cita-cita besar menjadi mujahid sejati. Singkirkan segala onak dan duri yang akan menghadang impian-impianmu. Jangan sampai langkahmu tersandung oleh batu gelora cinta. Sibukkan hatimu untuk mengingat Allah, dan bukan mengingat makhluk, niscaya hatimu menjadi lapang. Cintai sahabatmu sewajarnya saja, boleh jadi hakikatnya ia adalah musuhmu. Bencilah musuhmu sewajarnya saja, boleh jadi dia menjadi sahabatmu.
Ummi teringat, dengan kisah imam Syafi’i. Gara-gara secara tidak sengaja, melihat kaki seorang wanita yang tersingkap, sekian banyak hafalan Al-Qur’annya menjadi hilang. Yaa.., secara tidak sengaja. Apa jadinya jika melihatnya tadi secara sengaja. Mungkin berlipat kali hafalannya yang lupa. Contoh lain misalnya. Para pegawai di percetakan Al-Quran juga dituntun untuk senantiasa menjaga diri untuk selalu suci, baik hati dan jiwanya, lisan dan ucapannya, serta fisik dan raganya. Ini untuk menghargai dan demi menjaga kesucian Al-Quran, kalamullah. Mereka tidak boleh asal-asalan dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Jagalah hatimu, untuk selalu bersih, hanya dengan mengingat Allah SWT.
Satu lagi yang juga sering menjadi bahan renungan ummi, adalah kegigihan dan kekokohan semangat syetan/iblis dalam menggoda dan menjerumuskan manusia, anak Adam, apalagi Iblis sudah bersumpah kepada ALLAH untuk diberi tangguh sampai hari kiamat. Dan Allah pun mengabulkan proposal iblis. Dalam proposalnya, iblis bersumpah untuk selalu menggoda manusia, dan membungkus kemasan kemaksiatan sebagai sebuah keindahan, sehingga tak sedikit yang masuk ke jerat-jerat syetan, kecuali mereka yang ikhlas (QS Al hijir: 37-40). Hati yang ikhlas, yang tidak terkotori oleh kepentingan-kepentingan makhluk. Raihlah hati yang demikian, yang mengkilau, yang selalu memancarkan nur Ilahi.
Sungguh rugi, mereka yang hatinya selalu disibukkan oleh makhluk. Ummi yakin, engkau pasti mampu, dan harus mampu, mengendalikan segala tarikan dan godaan nafsu. Laluilah jalan panjang ini dengan istiqamah di jalanNYA. Ya, jalan panjang, karena memang jalanmu masih panjang. Melangkahlah dalam bimbingan kesucian, suci hati, suci pikiran, dan suci perbuatan. Mohonlah kekuatanNYA. Kejarlah cintaNYA. Walladzina aamanu asysyaddu hubba liLLAH (QS Al-Baqarah: 165).
Baiklah anakku hari makin larut malam. Di luar hanya terdengar suara-suara kecil cit cit tikus. Dan sekali-kali terdengar langkah-langkah satpam yang sedang ronda. Ummi ingin kembali mengadu dan memohon kepada ALLAH, untuk kebaikan kita, kebaikan orangtua, kebaikan Abi, kebaikan engkau anakku, kebaikan kakak dan adik-adikmu, kebaikan umat dan kebaikan seluruh manusia. Iringi juga langkah Ummi dan Abi dengan doa-doa terbaikmu, duhai anakku yang shalih dan tampan.
Semoga semua yang ummi tulis menjadi tadzkirah yang bermanfaat, yang mengiringi kesuksesan hidupmu di masa kini dan di masa mendatang, kesuksesan dunia akhirat….
Wassalaamu‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Salam sayang selalu,
Ummi


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/11/24172/surat-cinta-untuk-ananda/#ixzz2Drbyp2Nr

0 komentar:

Post a Comment